Mengenang Masa Remaja
Entri pendek ini adalah (lagi-lagi) sebuah kumpulan gagasan tentang perjuangan menjadi seorang remaja ketika menginjak usia 20an.
Ketika definisi pencarian jati diri hanyalah sekedar aplikasi dari hukum rimba, jika ia kuat seperti singa, ia akan merajai masa-masa itu, dan jika ia lemah, maka ia akan terus berada pada awal rantai makanan, selalu termakan dan kalah.
Enam tahun paruh ke-dua (antara 1SMP — 3SMA) yang berwarna dan penuh lika liku, serta kala pencarian jati diri yang tak unjung usai ketika masa remaja itu berakhir. Serta enam tahun fundamental yang mengukir dan membentuk cetakan manusia-manusia sesuai dengan cerita-cerita di baliknya.
Masa-masa SMP dan SMA adalah waktu di mana segala pembelajaran tentang kehidupan mulai memukul kita yang sejatinya dahulu kala masih lugu, tidak tahu apa-apa tentang dunia, masih apatis akan kerasnya dunia dan semesta yang selalu ingin melawan anda. Taunya hanya sekedar bermain-main dan bersenang-senang dengan keadaan saat itu. Dan itu adalah hal yang sangat manusiawi.
Masa-masa ketika memberontak dianggap sebagai suatu “penyakit”, baik oleh sebagian besar orang tua ataupun guru-guru yang tidak ingin mengerti, jika seluruh perilaku para remaja ini adalah bagian dari proses pendewasaan karakter remaja itu sendiri.
Masa-masa ketika seorang guru bisa menjadi teman maupun musuh untuk para remaja itu. Teman, jika remaja mampu terbuka dan transparan serta sang guru mampu mengerti serta mendidik remaja itu. Musuh, jika keduanya tidak ingin saling mengerti, baik sang remaja hanya ingin menang sendiri, ataupun sang guru hanya ingin dihormati dan dimengerti, namun tidak ingin mengerti.
Masa-masa ketika sang remaja merasa sendirian dan semesta terus melawan dirinya, tidak ingin setuju akan mimpi dan keinginan sang remaja itu. Ketika di-bully adalah rutinitas keseharian sang remaja itu. Ia berusaha kuat dan tidak ingin terlihat lemah, apadaya tekanan sosial menjadikannya selalu paling bawah di antara teman-temannya. Ketika definisi pencarian jati diri hanyalah sekedar aplikasi dari hukum rimba, jika ia kuat seperti singa, ia akan merajai masa-masa itu, dan jika ia lemah, maka ia akan terus berada pada awal rantai makanan, selalu termakan dan kalah.
Mungkin dengan bekal kehidupan yang mereka punya saat ini, jika diberi kesempatan, mungkin buku tentang masa remaja mereka akan direvisi habis-habisan.
Masa-masa ketika sang remaja pertama kali mengenal arti kata “cinta”, yang selalu rancu, yang selalu berganti definisi ketika ia menemukan dambaan hatinya yang baru. Menurutnya cinta hanyalah sekedar mempunyai pacar dan menjadi sebuah norma, di mana jika ia berpacar, maka ia termasuk remaja normal. Jika tidak, maka ia tetap paling berada di posisi terakhir, seperti halnya balap mobil.
Masa-masa ketika para remaja dihadapkan dengan pilihan untuk masa depannya, ketika remaja barulah mengetahui, jika enam tahun terakhir yang mereka telah lewati sejatinya adalah tempat mereka untuk berlatih menghadapi kerasnya dunia yang tidak memiliki filter, atau betapa dunia ini begitu telanjang dengan segala isi nya yang masih asing terdengar di kuping mereka, atau samar-samar di mata mereka.
Masa-masa di mana ketika teman adalah satu-satunya sistem support remaja dalam mengarungi sempitnya kehidupan menjadi seorang remaja. Jika teman itu baik, maka teman itu akan menjadi supporter abadi dalam mengarungi kerasnya hidup ini. Jika ia buruk, maka teman ini hanya sekedar datang dan pergi, seperti menstruasi.
Masa-masa di mana hampir semua orang ingin kembali merasakan menjadi remaja. Mungkin dengan bekal kehidupan yang mereka punya saat ini, jika diberi kesempatan, mungkin buku tentang masa remaja mereka akan direvisi habis-habisan. Namun…
Untuk apa?
-SR